Perjalanan ke Bromo (wonderfull adventure)





Saya sangat yakin bahwa Gunung Bromo dan kawasan Tengger adalah salah satu karunia alam terbaik yang dimiliki oleh Indonesia, dan saya juga cukup yakin semua orang yang pernah berkunjung kesana akan berpendapat yang sama. Ya, sungguh luar biasa keajaiban alam yang dimiliki oleh Kawasan Tengger ini, mulai dari langit bersih yang penuh bintang – tambah bulan, maka akan menjadi magical moment – matahari terbit yang mengagumkan, pemandangan lanskap yang indah dan unik (unearthly), udara yang dingin dan sejuk, serta masyarakat sekitar yang ramah dan bersahabat.
Meskipun demikian, kali ini saya tidak akan membahas mengenai keindahan alam Bromo-Tengger, tetapi membahas pengalaman saya menuju dan selama di kawasan Bromo – Tengger.
Untuk menuju kawasan Bromo-Tengger bisa melalui banyak cara. Cara yang paling mudah dan menurut saya tidak terlalu mahal adalah dengan menggunakan jasa agen pariwisata. Agen pariwisata yang menawarkan paket ke Bromo-Tengger sangat banyak dan harganya cukup kompetitif. Harga bervariasi tergantung dari fasilitas yang ditawarkan dan rencana perjalanannya. Saya menemukan banyak pilihan agen melalui Google. Dalam hal pengalaman saya ini, rombongan kami berjumlah 9 orang dan kami membayar Rp 650.000,- per orang, diluar tiket pesawat Jakarta-Surabaya. Kami mendapatkan 2 Jip, homestay di rumah penduduk, air, makan sehari di Bromo-Tengger, dan perjalanan ke Puncak Pananjakan, kawah Bromo (sewa kuda tidak termasuk), savanna, pasir berbisik, serta transportasi Surabaya-Cemoro Lawang-Surabaya.

Kami menginap di homestay di desa Cemoro Lawang, yang merupakan salah satu desa terdekat dengan Gunung Bromo. Lebih tepatnya mungkin bukan homestay, melainkan menginap di rumah penduduk. Penginapan kami cukup bersih, dan tentu saja dingin :). Untungnya tempat kami menginap mempunyai atap yang terbuka (Open Sky) sehingga kami dapat melihat langit cerah dengan bintang pada malam hari (pada bulan Juli, dimana langit cukup cerah dan gelap). Dengan bantuan long exposure di kamera, kami dapat merekam nebula milky way. Pengalaman tersebut sangat luar biasa dan berkesan. Tentu saja, kami tidak lupa mengambil foto diri kami dibawah bintang seperti ini :)

Sebelum kami berangkat ke Surabaya, sempat terjadi perdebatan kecil antara kami mengenai tempat melihat matahari. Ada dua tempat yang diusulkan oleh pemandu kami, yaitu Puncak Pananjakan atau Puncak Metigen. Puncak Metigen cukup dekat dengan Cemoro Lawang dan tidak begitu ramai, jadi kami bisa berangkat lebih siang (maksudnya sekitar pukul 4 pagi) untuk mengejar matahari terbit. Puncak Pananjakan lebih ramai dan lebih jauh, jadi kami harus berangkat lebih pagi (sekitar jam 3 pagi atau lebih pagi) dan gak ada jaminan dapat tempat yang bagus. Melalui pemungutan suara akhirnya kami memutuskan untuk ke Puncak Pananjakan. Menurut saya pribadi, Puncak Pananjakan lebih ramai karena memang menawarkan pemandangan yang lebih spesial dan berhubung kami sudah jauh-jauh datang dari Jakarta, kami (maksudnya yang memilih Pananjakan ;p) berniat untuk mendapatkan hal yang terbaik.
Akhirnya kami berangkat pukul 3 pagi dari Cemoro Lawang, dan di jalan menuju Pananjakan, kami menyewa ojek setempat (sekitar 15 ribu Rupiah) untuk naik ke atas lagi. Kami sampai diatas kira-kira pukul 4.30 pagi dan mendapati Puncak Pananjakan sudah dipenuhi oleh orang. Tapi memang saya dan teman saya agak nekad, kami memberanikan diri untuk berada diluar pagar dan tepat di tepi jurang, sambil berdoa kencang supaya dapat tempat yang terbaik. Untungnya begitu langit sudah mulai terang, saya melihat jurangnya tidak terlalu curam dan banyak pohon. Jadinya sih lumayan lega (meskipun nekad dan gak pantas ditiru).
Nah, dengan perjuangan yang seperti itu, apakah sebanding dengan hasilnya? Menurut saya, sangat sebanding! Puncak Pananjakan memang mampu memberikan pemandangan yang luar biasa. Lihat saja dari foto ini yang diambil dari Pananjakan:
Ini adalah foto matahari terbit, yang diambil dari tepi jurang Puncak Pananjakan

Dan dari balik punggung Puncak Pananjakan, ada Gunung Arjuna yang berdiri dengan tenang ditengah kabut pagi

Dan ini lah foto favorit saya, yang diambil dari Puncak Pananjakan. Foto iconic Bromo yang seperti ini memang hanya bisa diambil dari Puncak Pananjakan. Gunung Batok ada di depan, dan diikuti oleh Gunung Bromo. Gunung Semeru yang agung berdiri tegak di belakang, dan kuil Hindu Poten berada dibawah kaki Gunung Batok.

Setelah dari Puncak Pananjakan, selanjutnya kami turun ke bawah untuk berkunjung ke kawah Gunung Bromo. Kami berhenti di dekat Kuil Hindu Poten (sayangnya waktu itu sedang tidak bisa dikunjungi) dan melanjutkan perjalanan dengan menggunakan kuda. Untuk sewa kuda, kami membayar 100 ribu Rupiah per orang dan baru dibayar setelah kami kembali lagi dari kawah Gunung Bromo. Medan di sekitar Gunung Bromo merupakan medan pasir vulkanik dan sangat berdebu (jangan lupa bawa masker dan tutup kepala). Selain itu karena berada di dataran tinggi dan cukup cerah, sinar matahari sangat menusuk kulit sehingga menurut saya, lebih baik menyewa kuda untuk ke kawah Gunung Bromo daripada berjalan kaki. Toh perjalanan kami masih panjang, jadi kami tidak ingin sudah capai duluan jadi tidak bisa menikmati seluruh perjalanan.

Nah, begitu mendekati puncak Gunung Bromo, perjalanan dilanjutkan dengan menaiki anak tangga. Anak tangganya sendiri sih menurut saya tidak curam dan tidak tinggi, jadi cukup mudah dinaiki. Mungkin sekitar 200-300 anak tangga. Akan tetapi naiknya harus mengantri dan pelan karena sempit, jadi agak bersabar sedikit.

Seperti gambar diatas, jika tidak ingin menaiki tangga dan lebih cepat, bisa coba berjalan di sisi luar tangga. Medannya tentu lebih susah dan berdebut, tapi lebih cepat sampai ke atas. Oh iya, bisa sempat foto-foto juga seperti bule yang ini:

Naik nya memang sangat mengantri…tapi turunnya juga sama dan harus lebih hati-hati, karena jalan turun itu membawa beban berat badan yang lebih besar dan tangga yang kecil. Ini antrian turunnya:

Nah setelah sampai diatas, apa saja yang bisa dilihat? Apakah sebanding dengan usaha untuk naik ke puncak Gunung Bromo? Menurut saya sih cukup sebanding ya, dan karena sudah jauh-jauh datang, tentu saja harus melihat puncak Gunung Bromo. Di puncak Gunung Bromo tentu saja ada kawah yang masih aktif dan kadang-kadang ada terlihat sisa sesajen masyarakat suku Tengger yang menghuni kawasan ini.

Akan tetapi bagi saya, yang tidak kalah menarik adalah pemandangan lansekap Bromo-Tengger dari sudut pandang yang berbeda. Misalnya adalah pemandangan lautan pasir Bromo seperti ini:

atau pemandangan Gunung Batok dan Kuil Hindu Poten

Setelah puas dengan puncak Gunung Bromo, kami melanjutkan perjalanan ke padang savanna. Padang savanna terletak dibalik Gunung Bromo. Padang savanna sendiri cukup unik karena meskipun disekeling Gunung Bromo dan Gunung Batok merupakan daerah pasir vulkanik, padang savanna merupakan pengecualian dimana rumput tinggi dan pepohonan bisa tumbuh. Padang savanna juga saya lihat sering dilintasi oleh pengemudi motor-cross. Padang savanna menurut saya tempat yang bagus untuk berfoto ria dan melihat-lihat pemandangan yang hijau (setelah sebelumnya melihat pasir terus ;p )

Setelah dari padang savanna, kami pindah ke daerah yang dinamakan Pasir Berbisik. Daerah ini merupakan padang pasir vulkanik dan hembusan anginnya cukup kencang, sehingga bisa terdengar seperti bisikan halus. Karena itu daerah ini dinamakan Pasir Berbisik. Sepanjang perjalanan, tiupan angin cukup sering dan kelihatannya seperti badai kecil padahal cuma angin kecil saja. Hebatnya lagi, beberapa kali saya menjumpai penduduk lokal yang berjalan di tengah-tengah Pasir Berbisik ini. Sesuai dengan namanya, daerah ini sangat berdebu dan mungkin cukup berbahaya bagi peralatan elektronik yang sensitif terhadap debut. Pemandangannya yang disuguhkan sangat unik dan merupakan pengalaman yang tidak akan dilupakan juga.
Ini adalah Jeep yang kami sewa dengan latar belakang Gunung Batok.

Dan ini adalah situasi di tengah padang Pasir Berbisik, dimana ada sekumpulan wisatawan yang membawa motor (bukan motor-cross! tapi motor bebek) ke tengah padang Pasir Berbisik

Kami kemudian mengakhiri perjalanan kami setelah dari daerah Pasir Berbisik. Kami kembali ke penginapan untuk membersihkan diri dan pergi untuk mengejar penerbangan kembali ke Jakarta bagi beberapa teman saya. Saya dan teman saya kemudian melanjutkan perjalanan ke kota Malang dan Batu.
Dari pengalaman saya ini, saya bisa merangkum beberapa tips untuk mempersiapkan diri dalam perjalanan ke Bromo ini:
  • Perjalanan ke Bromo dapat dilakukan over the weekend dimana berangkat ke Surabaya pada hari Sabtu pagi, sampai Surabaya sebelum jam 12 siang, dan kembali lagi ke Jakarta dengan penerbangan malam pada hari Sabtu (sekitar pukul 8 malam keatas). Kunjungan ke Bromo sendiri hanya memerlukan waktu setengah hari, dari pukul 4 pagi sampai kira-kira pukul 11 siang. Akan tetapi perlu mempersiapkan fisik yang kuat dan tidak sakit.
  • Suhu udara di kawasan ini sangat dingin. Pada malam hari mungkin sekitar 3-8 derajat celcius. Pada pagi hari, suhunya kira-kira sama tetap anginnya lebih kencang sehingga rasa dinginnya seperti menusuk. Perlu disiapkan jaket yang tebal atau windbreaker supaya tidak terlalu kedinginan pada saat subuh sebelum berangkat ke Pananjakan atau Metigen.
  • Pukul 6 pagi keatas, suhu sudah cukup sejuk jadi bagi saya pribadi, tidak perlu jaket tebal lagi. Saya hanya memakai 3 lapis pakaian (kaos dalam, kaos lengan panjang, dan sweater).
  • Karena di daerah puncak sinar matahari biasanya cukup menggigit, pakailah pakaian lengan panjang dan jangan lupa suncream yang bagus (minimal 50 spf).
  • Penutup kepala (topi), syal di leher, sarung tangan, MASKER, dan kaca mata hitam adalah hal yang WAJIB untuk dibawa. Selain untuk melindungi dari dingin dan cahaya matahari yang terik, perlengkapan tersebut juga melindungi dari debu vulkanik yang luar biasa banyak diterbangkan oleh angin. Biasanya dari puncak Bromo dan Pasir Berbisik, debu bisa lengket di baju dan rambut.
  • Pastikan peralatan elektronik yang dibawa tidak sensitif terhadap debu (weather resistant). Kamera saya mati setelah dari Pasir Berbisik. Untung saja masih dalam masa garansi.